Selamat Datang Tahun 2018

Hallo kakak….

Ga terasa tahun 2018 dah hampir satu bulan, tetap semangat yaa. tahun 2018 baru mulai soalnya 😀

Yukk cek update terbaru STOK BIBIT siap salur di Persemaian Permanen BPDASHL SOP Yogyakarta, jangan lupa beritahu teman, orangtua, saudara, atau tetangga kamu kalau di Jogja ada persemaian yang bagi-bagi BIBIT GRATIS tiap tahunnya. Pemohon bantuan bibit juga ga cuman untuk masyarakat jogja lho, masyarakat di luar DIY juga tetap bisa mengajukan permohonan bantuan BIBIT GRATIS di kita. Soalnya wilayah kerja PP BPDASHL SOP meliputi sepanjang sungai Serayu-Opak-Progo, yang artinya selain wilayah DIY juga meliputi wilayah Jawa Tengah diantaranya Magelang, Temanggung, Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, dll.

Kita tunggu ya kakak… 😀

 

Kegiatan Pemeliharaan Tanaman

Kegiatan pemeliharaan perlu dilakukan secara baik, benar, dan periodik agar proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat berjalan secara optimal. Kegiatan pemeliharaan itu sendiri meliputi :

  1. Penyulaman

Maksud diadakannaya kegiatan penyulaman adalah untuk meningkatkan persentase jadi tanaman dalam satu kesatuan luas tertentu. Kegiatan penyulaman tersebut bertujuan untuk memenuhi jumlah tanaman per hektar sesuai dengan jarak tanamnya. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada sore hari dan atau pada pagi hari sebelum terik matahari. Frekuensi dan intensitas penyulaman dapat dilihat pada Tabel 1. sebagai berikut :

Tabel 1. Intensitas Penyulaman Berdasarkan Presentase Tumbuh Tanaman

Persentase Tumbuh

Klasifikasi Keberhasilan

Intensitas Penyulaman

100 %

Baik sekali

Tanpa sulaman

80 – 100 %

Baik Sulaman ringan pada tahun pertama maksimal 20 %
60 – 80 % Cukup

Sumalan intensif maksimal pada tahun pertama 40 %

Di bawah 60 %

Kurang

Diulangi menanam

Kegiatan penyulaman dapat dilakukan melalui beberapa tahapan diantaranya :

  1. Menginventarisasi seluruh tanaman yang mati pada setiap jalur tanaman, kegiatan ini dilakukan pada tahun pertama (1-2 bulan setelah penanaman);
  2. Menginventarisasi seluruh tanaman yang mati pada setiap jalur tanam pada tahun kedua;
  3. Memberi tanda pada semua tempat yang akan disulam atau ditanami kembali;
  4. Tanaman yang disulam adalah tanaman yang mati, tanaman tidak sehat/ merana, tanaman yang rusak (patah, bangkok, daun gandul), dan tempat lubang tanaman yang tidak ada tanamannya;
  5. Menggunakan bibit dari persemaian yang seumur dan sehat. Untuk penyulaman tahun kedua digunakan bibit yang lebih tinggi atau lebih tua umurnya dari bibit yang digunakan tahun pertama.

2.  Penyiangan

          Penyiangan tanaman bertujuan untuk memberikan ruang tumbuh pada tanaman pokok yang lebih baik dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan presentase hidup tanaman. Kegiatan penyiangan dilakukan sebanyak dua kali pada kegiatan Pemeliharaan Tahun Berjalan, yaitu pada umur 3 dan 6 bulan setelah penanaman. Penyiangan dilaksanakan pada waktu musim kemarau atau musim penghujan. Tanaman perlu disiangi pada saat 40-50% dari tanaman pokok tertutup oleh gulma (rumput, alang-alang, dan tanaman liar lainnya). Frekuensi dan intensitas penyiangan dilaksanakan minimal 3-4 bulan sekali dalam setahun sampai dengan umur 2 tahun. Kegiatan penyiangan diakhiri ketika tanaman pokok mampu bersaing dengan tanaman liar terutama dalam memperoleh kebutuhan cahaya matahari. Untuk jenis yang cepat tumbuh, kemampuan bersaing dengan gulma dalam mendapatkan kebutuhan cahaya matahari biasanya dicapai pada saat tanaman berumur 2-3 tahun, sedangkan untuk jenis yang lambat tumbuh dicapai pada umur 3-4 tahun.

3.  Pendangiran

      Pendangiran bertujuan untuk memacu pertumbuhan tanaman dengan cara menggemburkan tanah di sekitar tanaman. Pendangiran dilaksanakan pada waktu musim kemarau menjelang musim hujan tiba. Pendangiran dilakukan pada tanaman yang sudah berumur 1-4 tahun dan diutamakan apabila terjadi stagnasi pertumbuhan atau tanah bertekstur berat/mengandung liat tinggi serta persiapan lahan tidak melalui pengolahan tanah. Frekuensi dan intensitas pendangiran adalah : pendangiran tanaman dilakukan 1-2 kali dalam satu tahun tergantung pada tingkat tekstur tanahnya. Makin berat tanahnya makin sering dilakukan pendangiran. Cara pendangiran adalah sebagai berikut :

  • Pendangiran dilakukan secara manual di sekitar tanaman dengan radius 50 cm tergantung pada jarak tanamnya.
  • Cara mendangir dengan menggunakan cangkul, pencangkulan tanah jangan terlalu dalam untuk menghindari terjadinya pemotongan akar tanaman pokok.

4.  Pemupukan

         Pemupukan tanaman hutan bertujuan untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kuantiítas dan kualitas tanaman. Waktu pemupukan tergantung pada kondisi iklim dan dilakukan menjelang atau awal musim hujan, kalau diperlukan tambahan pada pupuk yang sama, maka dilakukan menjelang akhir musim hujan. Jenis pupuk yang digunakan umumnya mengandung unsur N,P,K. Namun demikian tidak menutup kemungkinan tanaman kekurangan unsur lain. Pemupukan dilakukan umumya pada saat tanaman berumur 1-3 bulan, semakin jelek tingkatan kesuburan tanah dan lahan yang diolah maka pemupukan harus dilakukan lebih awal, kemudian diulangi 6-24 bulan sampai tinggi tanaman melampaui tinggi gulma. Tanaman yang tumbuh kerdil membutuhkan pupuk yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal.

      Pupuk diberikan terutama pada lahan yang kadar pasirnya tidak terlalu tinggi karena pada lahan yang memiliki kandungan pasir tinggi pemberian pupuk anorganik akan mudah tercuci saat turun hujan. Dosis pemupukan untuk setiap tanaman pada masing-masing umur tanaman adalah 50 gram/ tanaman. Setelah pupuk ditabur lalu ditutup kembali dengan tanah agar tidak tercuci. Secara sederhana pemupukan dapat dilakukan sebagai berikut :

  • Siapkan jenis pupuk yang diperlukan dan dosis yang dianjurkan;
  • Sebelum dipupuk tanah sekeliling tanaman disiangi dan dibuat lubang melingkar di sekeliling batas tajuk tanaman sedalam 5-10 cm;
  • Taburkan pupuk secara merata sepanjang lingkaran proyeksi tajuk tersebut;
  • Tutup kembali pupuk yang telah ditabur ke dalam lubang dengan tanah untuk menghindari adanya fiksasi untuk fosfat dan kalium;
  • Dalam pelaksanaannya di lapangan, pemupukan lebih diutamakan menggunakan pupuk organik hasil produksi masyarakat baik dalam bentuk pupuk organik cair maupun pupuk organik padat sehingga lebih ramah lingkungan.

5.  Pengendalian Hama Penyakit

       Tujuan kegiatan ini adalah melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit, serta mencegah timbulnya serangan hama dan penyakit secara ekplosif. Pencegahan hama dan penyakit yang sifatnya pencegahan dilakukan sejak pembuatan tanaman, antara lain dengan cara: pengawasan yang intensif, pemupukan, pengaturan drainase, penanaman jenis yang resisten hama dan penyakit. Jika terjadi serangan hama dan penyakit, maka teknik penanggulangannya dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain :

  • Cara mekanis/fisik, yaitu: dengan merusak benalu, menghilangkan tanaman yang sakit (misalnya dipotong atau ditimbun dalam tanah).
  • Cara kimiawi, yaitu menggunakan pestisida baik fungisida maupun insektisida atau bahan kimia lain sesuai dengan jenis penyebabnya. Dosis dan tata cara penggunaan disesuaikan dengan jenis pestisida yang digunakan.
  • Cara silvikultur, mengatur kerapatan tegakan, komposisi jenis, dan mengatur drainase.
  • Cara biologi, yaitu menggunakan predator/musuh alami. Untuk serangan cendawan akar putih pada cempaka maka dapat dikendalikan dengan menggunakan cendawan Trichoderma sp sebagai musuh alami yang dapat menekan kolonisasi cendawan patogen.

 

 

Persyaratan Penanaman

 

Kegagalan penanaman sebagian besar disebabkan karena kurang memperdulikan apakah bibit yang ditanam akan dapat tumbuh baik atau tidak di lapangan. adapun beberapa persyaratan penanaman yang minimal dapat membantu meningkatkan keberhasilan penanaman diantaranya :

  • Kesesuaian Tempat Tumbuh

       Kesesuaian tempat tumbuh dapat meliputi kesesuaian tanaman terhadap jenis tanah, iklim (curah hujan, suhu), kondisi air, ketinggian tempat, dll. Cara paling sederhana untuk mngetahui kesesuaian tempat tumbuh suatu jenis adalah dengan melihat apakah terdapat jenis dimaksud telah tumbuh dengan baik di lokasi tersebut. Jika tanaman yang akan dikembangkan telah tumbuh secara alami atau terdapat contoh tegakan yang dapat tumbuh dapat tumbuh dengan baik, maka jenis tersebut dapat dikategorikan memiliki kesesuaian tempat tumbuh di areal tersebut. Jika informasi kesesuaian tempat tumbuh tidak diperoleh -baca selengkapnya->

Distribusi Bibit

Bibit dari Persemaian Permanen BPDASHL SOP telah tersebar di sepanjang wilayah Sungai Serayu Opak dan Progo. Terhitung mulai dari tahun 2012 PP BPDASHL SOP telah memproduksi bibit dan mendistribusikannya ke sejumlah wilayah DIY dan Jawa Tengah bagian selatan. Hal ini berarti masyarakat masih memiliki antusias dalam melakukan kegiatan penanaman. Kegiatan penanaman sendiri merupakan kegiatan memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke lahan pertanaman untuk di dapatkan hasil produk dari tanaman yang di budidayakan.
-baca selanjutnya->

Profil Persemaian

Persemaian Permanen Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Serayu Opak Progo yang selanjutnya sering disebut PP BPDASHLSOP terletak di komplek Tahura Bunder, Desa Gading, Kec. Playen, Kab. Gunungkidul Propinsi D. I. Yogyakarta. PP BPDASHLSOP mulai aktif melakukan produksi bibit pada tahun 2012. Untuk lokasi persemaian sendiri menempati areal seluas 2,5 Ha yang terbagi dalam beberapa area, yakni area produksi, shaded area, open area, kebun pangkas, dan laboratorim kultur jaringan. Bila dilihat dari sisi geografis lokasi persemaian ini terletak pada koordinat 7º 53.732’ 110º 33.475’ dan berada pada ketinggian 220 mdpl. Bibit yang diproduksi oleh PP BPDASHLSOP terdiri dari beranekaragam jenis mulai dari tanaman berkayu keras maupun buah-buahan. Dan untuk bibit hasil produksi persemaian tersebut dibagikan sepenuhnya kepada masyarakat secara GRATIS